Jumat, 13 Desember 2013

IBU : Ingalah Bumi/Ibu Pertiwi : UMI ; Unsur Bumi



Manusia unsur pokoknya tak lain adalah ”Thin” atau tanah ,
lihat QS : Almukminun ayat 12 :
”Dan KAMI jadikan manusia dari sari pati dari thin”.
 Adapun sifat – sifat tanah adalah :
1.      Tawadlu’ yakni sifat merendahkan diri bukan seperti sifatnya api yang takabbur.
2.      Dermawan. Coba kita tanam sebutir padi, maka 3 bulan kemudian akan beranak pinak           menjadi 700 butir padi, dan seterunya.
3.      Kaya, sekalipun kaya ia tidak mau takabur. Betapa beraneka ragam kekayaan di perut bumi ini, tambang apapun ada di dalamnya termasuk mas – intan (berlian) – uranium dll. Kaya raya namun tetap saja tawadlo’, tidak takabur seperti diri manusia.
4.      Tenang.
5.      Hidup dan sekaligus menghidupi segala mahkluk – NYA.
Karena sifat – sifat itulah dalam keadaan mendesak tidak ada air dapat mensucikan diri, debunya untuk tayamum maupun untuk mandi jinabat.  Oleh sebab itu salahkah bila masyarakat Nusantara memberikan penghormatan dengan berbagai pernik – pernik budaya yang ada yang dianut oleh warga masyarakat yang berlainan suku bangsa & agama ini? Bahkan amat sayang banyak yang mengartikan secara sempit bahwa ”Bersih Desa” adalah perbuatan syirik! Sedangkang dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa : ”Kebersihan itu adalah se- bagian dari iman”. Kemudian bila masyarakat yang ingin mengaplikasikan ajaran tersebut termasuk membersihkan desa ( jiwanya) sendiri (diri pribadi dengan menata laksanakan nafsu – nafsunya) dengan rasa sujud syukur ke haribaan Tuhan Seru Sekalian Alam dan sungkem berterimakasih kepada birokrat – NYA dengan kenduri seluruh warga desa, dengan berbagi kesenangan, berbagi suka cita kepada Ibu – Bapa, Eyang – eyangnya dan handai taulan bahkan leluhur – leluhurnya serta sesama mahkluk – NYA yang tan kasat mata yang merupakan cermin kasih sayang dan keseimbangan. Bila kita makan seantiasa ingat keluarga kita yang jauh, mereka makan atau belum dan seterusnya. Sehingga ”rasa (ing) pangrasa” dapat tumbuh dengan baik namun dengan hilangnya tradisi tersebut masyarakat tak lagi ada ikatan batin, ikatan emosional, ikatan sosial dan budaya.
Akibatnya sikap dan sifat gotong royong, hormat – menghormati, kesetia kawanan sosial dan budaya itu raib yang tersisa adalah sikap dan sifat ego sentris, individualistik dan materialistik. Bisa dirasakan bagaimana kini umumnya hubungan antara orang tua dengan anak, antar keluaga dan antar warga serta antar suku dan antar bangsa ? Andai saja itu tidak tercerabut dari kehidupan masyarakat, bisa jadi tak akan ada kerusakan kekerabatan, kerusakan sosial dan budaya serta kerusakan lingkungan.
Subhana Rabbiy al-a’la wa bihamdih    
Wasjud waqtarib
……… SEMANGAT CINTA TANAH AIR ………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar