Manusia
unsur pokoknya tak lain adalah ”Thin” atau tanah ,
lihat
QS : Almukminun ayat 12 :
”Dan
KAMI jadikan manusia dari sari pati dari thin”.
Adapun sifat – sifat tanah adalah :
1.
Tawadlu’ yakni sifat merendahkan diri bukan seperti sifatnya api yang takabbur.
2.
Dermawan. Coba kita tanam sebutir padi, maka 3 bulan kemudian akan beranak
pinak menjadi 700 butir padi, dan seterunya.
3.
Kaya, sekalipun kaya ia tidak mau takabur. Betapa beraneka ragam kekayaan di perut
bumi ini, tambang apapun ada di dalamnya termasuk mas – intan (berlian) –
uranium dll. Kaya raya namun tetap saja tawadlo’, tidak takabur seperti diri
manusia.
4.
Tenang.
5.
Hidup dan sekaligus menghidupi segala mahkluk – NYA.
Karena
sifat – sifat itulah dalam keadaan mendesak tidak ada air dapat mensucikan
diri, debunya untuk tayamum maupun untuk mandi jinabat. Oleh sebab itu
salahkah bila masyarakat Nusantara memberikan penghormatan dengan berbagai
pernik – pernik budaya yang ada yang dianut oleh warga masyarakat yang
berlainan suku bangsa & agama ini? Bahkan amat sayang banyak yang
mengartikan secara sempit bahwa ”Bersih Desa” adalah perbuatan syirik!
Sedangkang dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa : ”Kebersihan itu adalah
se- bagian dari iman”. Kemudian bila masyarakat yang ingin
mengaplikasikan ajaran tersebut termasuk membersihkan desa ( jiwanya)
sendiri (diri pribadi dengan menata laksanakan nafsu – nafsunya) dengan
rasa sujud syukur ke haribaan Tuhan Seru Sekalian Alam dan sungkem berterimakasih
kepada birokrat – NYA dengan kenduri seluruh warga desa, dengan berbagi
kesenangan, berbagi suka cita kepada Ibu – Bapa, Eyang – eyangnya dan handai
taulan bahkan leluhur – leluhurnya serta sesama mahkluk – NYA yang tan kasat
mata yang merupakan cermin kasih sayang dan keseimbangan. Bila kita makan
seantiasa ingat keluarga kita yang jauh, mereka makan atau belum dan
seterusnya. Sehingga ”rasa (ing) pangrasa” dapat tumbuh dengan baik
namun dengan hilangnya tradisi tersebut masyarakat tak lagi ada ikatan batin,
ikatan emosional, ikatan sosial dan budaya.
Akibatnya
sikap dan sifat gotong royong, hormat – menghormati, kesetia kawanan sosial dan
budaya itu raib yang tersisa adalah sikap dan sifat ego sentris,
individualistik dan materialistik. Bisa dirasakan bagaimana kini umumnya
hubungan antara orang tua dengan anak, antar keluaga dan antar warga serta
antar suku dan antar bangsa ? Andai saja itu tidak tercerabut dari kehidupan
masyarakat, bisa jadi tak akan ada kerusakan kekerabatan, kerusakan sosial dan
budaya serta kerusakan lingkungan.
Subhana
Rabbiy al-a’la wa bihamdih
Wasjud
waqtarib
………
SEMANGAT CINTA TANAH AIR ………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar